Konservasi Taj Mahal
Secara
umum diketahui bahwa konflik sosial di India dipicu oleh persoalan agama,
misalnya antara Hindu dan Islam. Sentimen itu makin kental selepas peristiwa
serangan teror di Mumbai pada 26 November tahun lalu. Namun harus diakui pula
bahwa Taj Mahal yang megah dan anggun itu mengangkat India menjadi terkenal
justru dibangun seorang raja dari dinasti Islam yang bernama Shah Jehan.
Raja
yang berkuasa antara tahun 1628 sampai 1666 itu mulai pembangunan monumen agung
tersebut pada 1632 dan baru rampung 22 tahun kemudian. Bangunan megah yang
disebut sebagai Crown Palace itu dia dedikasikan untuk isterinya, Mumtaz Mahal
yang meninggal setelah melahirkan anaknya yang keempat belas. Tidak heran jika
Taj Mahal disebut sebagai Monument to Love. Menurut cerita, Taj bisa berarti
kependekan nama isterinya tetapi bisa pula bermakna ''mustika'' atau ''crown'',
sedangkan Mahal adalah bangunan megah bak istana. Kekhasan lainnya, bangunan
tersebut didirikan di tepi Sungai Yamuna yang dipercayai penganut Hindu sebagai
sungai sakral kedua setelah Gangga.
Cerita
tentang keagungan dan kemegahan Taj Mahal yang terletak di Agra, sekitar 250
kilometer dari New Delhi menjadi daya tarik bagi siapa pun untuk melihat. Wajar
saja, pada suatu buku panduan turis disebutkan mengenai ''kewajiban''
berkunjung ke Taj Mahal kalau ke India. ''No visit India is completed without
an expedition to this shrine of mystique and love'' (Kunjungan ke India
belumlah lengkap tanpa berekspedisi ke tempat suci mistis dan cinta ini),
begitu bunyinya.
Tak
cuma itu, kekalokaan alias kepopuleran Taj Mahal membuat seorang miliarder
Bangladesh membangun replikanya di pinggiran kota Dakka. Hindustan Times (edisi
11 Desember 2008) menuliskan bahwa pembangunan Taj Mahal tiruan itu memakan waktu
dua tahun. Alasan sang miliarder cukup sederhana: orang Bangaladesh pun sangat
ingin melihat Taj Mahal, tetapi mereka tidak mampu mewujudkannya karena
biayanya sangat mahal. Apa yang dilakukan sang miliarder membuat Pemerintah
India merasa tidak senang dan akan melakukan upaya hukum jika memang detail
bangunan replika menyerupai persis dengan bentuk aslinya. Mencontek monumen
bersejarah dipandang sebagai pelanggaran hak cipta.
Pada
kondisi normal, rerata pengunjung Taj Mahal mencapai delapan juta orang per
tahun atau sekitar 20 ribu orang tiap hari. Namun serangan teror di Mumbai itu
membuat jumlah pengunjung mengalami penurunan sampai 60%. Hanya saja, yang
patut dicontoh adalah upaya Pemerintah India melakukan konservasi bangunan
bersejarah yang masuk dalam daftar warisan dunia (world heritage) UNESCO atau
disebut sebagai keajaiban dunia ketujuh.
Kalau
ke sana, kendaraan pengunjung harus diparkir pada pemberhentian sejauh 1,5 km
dari lokasi Taj Mahal dan harus berganti dengan bus bertenaga baterai yang
tidak menimbulkan polusi dan kebisingan. Di titik pemberhentian itu, pengunjung
juga bisa berganti dokar, becak, atau berjalan kaki. Ketika mulai menapaki
bangunan luar Taj Mahal, pengunjung harus melepas alas kaki atau membungkus
sepatunya dengan kantung kain berwarna putih yang diberikan petugas setelah
membeli karcis. Kenapa harus begitu? Ini cara pengelola tempat bersejarah yang
sangat cergas. Sebab, dengan begitu batuan bangunan dan ornamen lantai tidak
kotor. Begitu pula, telapak sepatu ribuan pengunjung dikhawatirkan akan
melampaui daya dukung struktur batuan Taj Mahal.
Perlu
diketahui, arsitek Taj Mahal yaitu seorang berkebangsaan Iran bernama Ustad
Ahmad Lahauri telah merancang bangunan tersebut dengan visi konservasi. Taj
Mahal yang berdiri pada keluasan 35 hektare itu dikitari ruang terbuka hijau
dan taman yang sangat luas. Dengan kondisi seperti itu, pusat perhatian
pengunjung bisa terpencar. Di samping itu, masjid di sebelah timurnya dan
replika masjid pada sisi barat juga menjadi daya tarik pengunjung. Demikian
juga Sungai Yamuna di sisi selatannya yang memiliki aliran air tenang, pun
menjadi pusat keterpesonaan pengunjung. Walhasil, aktivitas pengunjung tidak
terpusat pada bangunan utama dalam waktu yang bersamaan. Lebih-lebih lagi,
bentuk bangunan Taj Mahal yang simetris semua sisinya tampak sama ketika
dipandang. Jadi, pengunjung bisa memandanginya dari berbagai penjuru secara
terpencar.
Selain
dikonservasi, keagungan Taj Mahal juga sangat berdaya untuk kepentingan bisnis.
Konon para tenaga yang membangun Taj Mahal berasal dari suatu daerah yang
disebut Makrana, tempat asal batuan marmer yang ada di situ. Anak keturunan
ahli pahat batu itu sekarang berjumlah 17 orang dan tinggal di sekitar Taj
Mahal. Merekalah yang diizinkan untuk menggunakan masjid di sisi timur untuk
bersembahyang Jumat.
Keahlian
memahat orang-orang Makrana itu didayagunakan oleh perusahaan batu marmer untuk
mendongkrak nilai jual produknya. Pengunjung yang datang melalui biro
perjalanan pasti dibawa singgah dan melihat kepiawaian pemahat ini mengasah
batu menjadi berbagai komoditas seperti meja dan hiasan dinding yang sangat
artistik. Harganya mulai dari 300 sampai 1.500 dolar AS. Kalau orang berkantung
tebal dan membayangkan bisa memiliki meja marmer dan hiasan dinding mirip
pahatan sekaliber Taj Mahal tentu akan tergiur membelinya.
Komersialisasi
seperti itu mengingatkan saya pada nasib Candi Borobudur yang tak kalah agung
dari Taj Mahal. Pada bangunan untuk Ratu Mumtaz itu, komersialisasi tidak
sampai mengorbankan nilai bangunan bersejarahnya, tetapi tidak demikian dengan
Borobudur. Upaya-upaya pemerintah kita meningkatkan nilai jual agar wisatawan
betah lebih lama tinggal di sekitar lokasi itu pernah membuat candi kebanggaan
kita itu beberapa kali diancam bakal dicabut dari daftar warisan budaya Dunia
oleh UNESCO.
Mau
contoh? Pada sekitar tahun 1997, pemerintah Indonesia akan membangun
pertunjukan cahaya dan suara atau multimedia show (MMS) dengan teknologi
canggih dari Perancis. Pertunjukkan malam hari yang menggambarkan kehidupan
masa lalu di sekitar candi itu dikhawatirkan akan mempercepat pelapukan batuan
candi. Selain itu, getaran yang ditimbulkan oleh suara MMS akan mengganggu
struktur batuan candi.
Begitu
pula, pada 2002 dan 2003, Borobudur kembali heboh oleh rencana pemerintah
menata pedagang asongan dengan konsep Jagad Jawa atau shopping street di zona
2. Padahal area itu merupakan zona penyangga dan hanya kegiatan-kegiatan yang
menunjang pelestarian candi saja yang diperbolehkan. Dengan demikian kegiatan
komersial seperti hotel dan kereta mini bermesin seharusnya memang tidak berada
di zona penyangga itu. Benarlah dalam hal toleransi beragama, mungkin kita
lebih baik ketimbang India. Tetapi untuk urusan konservasi dan komersialisasi
bangunan bersejarah, seyogianya kita juga harus banyak belajar dari India,
khususnya bagaimana negara itu mengelola Taj Mahal.
Tragika
sang Raja Pecinta
AGRA
tempat Taj Mahal berada merupakan satu dari 12 provinsi dari Kerajaan Mughal.
Provinsi itu terdiri atas 13 divisi (sekarang mungkin setingkat kota/kabupaten)
termasuk Agra sendiri. Dalam buku Taj Mahal: Agra and Fatehpur Sikri disebutkan
bahwa Agra memiliki iklim yang sedang dan sehat. Sungai Yamuna yang mengalir
tenang sepanjang 5 kilometer melengkapi kecantikan kota tersebut. Di kiri-kanan
tepian sungai itu berdiri banyak rumah, vila, dan kuil persembahyangan.
Maklumlah, Yamuna diperlakukan sebagai sungai sakral kedua setelah Sungai
Gangga. Istana kerajaan dibangun dengan batu berwarna merah terdiri dari 500
bangunan yang dipersiapkan dengan teliti dan cermat. Pada kondisi seperti
itulah, Agra menjadi ibukota Kerajaan Mughal selama hampir satu abad.
Shah
Jehan merupakan keturunan kelima dari Dinasti Mughal yang naik takhta pada
1628. Di bawah kekuasaannya, dinasti itu mengalami masa keemasan. Sebagai raja,
dia memimpin dengan sepenuh hati dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk
kejayaan negeri. Konon, secara personal dia mengawasi setiap detail tata
pemerintahan dan menunjuk orang-orang yang memiliki kemampuan kampiun menjadi
menteri. Dia dikenal sebagai muslim ortodoks tetapi tidak pernah berlaku
diskriminatif terhadap penganut non-Islam.
Tak
hanya Taj Mahal, sang raja juga mendirikan Masjid Moti pada sisi timur Taj
Mahal. Selain itu, dia juga mendirikan bangunan-bangunan terkenal di Delhi.
Tahun 1636-1637, dia juga membangun Diwan I Khas, sebuah hall yang dipergunakan
untuk menerima surat-surat kepercayaan dari duta besar mancanegara. Shah Jehan
juga membangun Diwan I Aam yang berstruktur kayu, sebuah bangunan yang jadi
simbol demokrasi karena difungsikan sebagai tempat mendengarkan petisi.
Mesjid
Moti dengan tiga kubah dalam format marmer putih dipercayai sebagai penghubung
antara dunia dan surga. Masjid itu tampak sangat agung, berwibawa dengan
proporsi yang sempurna. Tidak jauh dari pelataran mesjid, terdapat tempat yang
disebut sebagai Ladies Meena Bazzar tempat para pedagang perempuan datang dan
berjualan. Kecuali sang raja, kaum laki-laki dilarang masuk ke tempat tersebut.
Konon di sanalah kali kali Shah Jehan bertemu dengan Arjumand Bana yang
kemudian dikenal dengan nama Mumtaz Mahal.
Taj
Mahal dibangun telah lebih dari 350 tahun yang lalu tetapi aura romantisnya
masih belum hilang dan menarik jutaan turis setiap tahun untuk mengunjunginya.
Kekuatan magis yang tidak pernah luntur menjadikannya sebagai satu dari monumen
warisan dunia. Ya, kekuatan magis cinta seperti tertera alam untaian kata-kata
yang diguratkan Shah Jehan: pandangan dari bangunan megah yang menggugah rasa
kesedihan/bayangan bulan dan matahari pun menitikkan air mata/di duniatempat
bangunan megah itu dibuat,/menyuguhkan keagungan sang Mahapencipta.
Puisi
itu mengingatkan kita bahwa di balik kemegahan Taj Mahal, ada rasa cinta
mendalam yang abadi dari Shah Jehan kepada isterinya.
Sayang
sekali, masa tua raja yang bijaksana, cakap, dan memiliki citarasa seni tinggi
itu kurang bagus. Dia dipenjarakan oleh anaknya sendiri yang berambisi
mengambil alih kekuasaan. Anaknya yang bernama Aurangzeb membiarkan Shah Jehan
meninggal dipenjara dengan memandang Taj Mahal. Sungguh sebuah akhir perjalanan
yang tragis.
Atas
nama cinta, Kaisar Mughal, Shah Jehan membangun sebuah musoleum untuk istrinya,
Mumtaz Mahal. Butuh 22 tahun mendirikan bangunan yang dilapis marmer putih dan
mozaik indah. Kisah pembangunan Taj Mahal --demikian nama bangunan itu--
membuatnya menjadi simbol cinta abadi. Monumen cinta.
Namun, keajaiban arsitektural dunia itu terancam tinggal sejarah. Monumen itu diperkirakan runtuh dalam waktu kurang dari lima tahun, jika pemerintah India tidak bertindak menangani bencana lingkungan yang jadi penyebabnya.
Para ahli konservasi dan politisi mengatakan, pondasi Taj Mahal yang saat ini berusia 358 tahun itu membusuk karena didera kekeringan. Sungai yang mengalir di dekatnya kering kerontang akibat polusi, industri, dan deforestasi. Dasar bangunan itu kini mulai rapuh dan hancur.
Tahun lalu, retakan dijumpai di beberapa bagian makam, sedangkan empat menara yang mengelilinginya menunjukkan tanda-tanda miring. Taj Mahal adalah atraksi turis utama India. Sekitar empat juta orang mengunjunginya tiap tahun. Citranya yang romantis membuat jutaan orang mengabadikan foto bersamanya --termasuk Putri Diana yang berpose di depan Taj Mahal, sendirian, pasca bercerai dengan Pangeran Charles.
Ramshankar Katheria, anggota parlemen Agra yang memimpin kampanye penyelamatan Taj Mahal mengatakan, Taj Mahal sedang terancam. "Taj Mahal bisa menjadi gua dalam dua sampai lima tahun lagi," kata dia, seperti dimuat Daily Mail. Keajaiban ini terancam kehilangan sinarnya. "Menara juga akan runtuh karena pondasinya yang dari kayu, terkubur dalam sumur, membusuk akibat kekurangan air," tambah dia.
Namun, keajaiban arsitektural dunia itu terancam tinggal sejarah. Monumen itu diperkirakan runtuh dalam waktu kurang dari lima tahun, jika pemerintah India tidak bertindak menangani bencana lingkungan yang jadi penyebabnya.
Para ahli konservasi dan politisi mengatakan, pondasi Taj Mahal yang saat ini berusia 358 tahun itu membusuk karena didera kekeringan. Sungai yang mengalir di dekatnya kering kerontang akibat polusi, industri, dan deforestasi. Dasar bangunan itu kini mulai rapuh dan hancur.
Tahun lalu, retakan dijumpai di beberapa bagian makam, sedangkan empat menara yang mengelilinginya menunjukkan tanda-tanda miring. Taj Mahal adalah atraksi turis utama India. Sekitar empat juta orang mengunjunginya tiap tahun. Citranya yang romantis membuat jutaan orang mengabadikan foto bersamanya --termasuk Putri Diana yang berpose di depan Taj Mahal, sendirian, pasca bercerai dengan Pangeran Charles.
Ramshankar Katheria, anggota parlemen Agra yang memimpin kampanye penyelamatan Taj Mahal mengatakan, Taj Mahal sedang terancam. "Taj Mahal bisa menjadi gua dalam dua sampai lima tahun lagi," kata dia, seperti dimuat Daily Mail. Keajaiban ini terancam kehilangan sinarnya. "Menara juga akan runtuh karena pondasinya yang dari kayu, terkubur dalam sumur, membusuk akibat kekurangan air," tambah dia.
Sementara
itu, Profesor Ram Nath mengatakan, Taj Mahal berdiri di tepi Sungai Yamuna yang
saat ini mengering. "Kondisi saat ini tak diantisipasi oleh orang-orang
yang membangunnya. Padahal sungai ini memiliki arti fundamental. Jika sungai
ini kering dan mati, sejarah Taj Mahal akan berakhir," ujar dia. Aktivis lingkungan percaya, kampanye
penanaman pohon dan jaringan pipa air bisa memperbaiki situasi kekeringan
sungai, kekurangan air minum, termasuk menyelamatkan Taj Mahal.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar